Sabtu, 16 Oktober 2010

tugas 3


pendahuluan

Franchise/waralaba secara garis besar ialah sebuah cara memperluas jaringan usaha secara cepat. sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, keculai kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain.Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya.

 Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70an ketika masuknya Shakey Pisa, Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima waralaba di Indonesia.setelah itu usaha waralaba/ franchise ini juga sempat mengalami kemerosotan pada saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1998.

Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company,perusahaan mesin jahit pada tahun 1851,kemudian di ikuti oleh perusahaan otomotif  General Motor Industri,dan selanjutnya oleh perusahaan-perusahaan soft drink di amerika.sedangkan penggagass usaha waralaba pertama di inggris di mulai oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg

Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935.Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern

Sumber : Sumber: Majalah Info Franchise&  http://yud71bisnis.blogspot.com

Franchise Indonesia dimulai dengan masuknya brand-brand franchise Asing seperti KFC, McDonalds, dan Wendys. Berawal dari sebuah pemikiran bahwa sistem franchise terbukti sukses memacu perekonomian di banyak negara Maju seperti Amerika dan inggris. franchise juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi cukup banyak tenaga kerja.

Sejarah franchise di Indonesia berawal dari upaya pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan RI. yang melihat sistem waralaba atau franchise sebagai suatu cara, usaha untuk menggiatkan perekonomian dan menciptakan.lapangan pekerjaan. Maka dimulailah sebuah usaha untuk mendata usaha franchise yang ada di Indonesia dengan menggandeng International Labour Organization (ILO). ILO sendiri mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika Mr. Martin Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk merekomendasikan jalan/cara yang akan ditempuh. "Saya pertama kali datang ke Indonesia sekitar tahun 1999 atas permintaan dari ILO untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan membantu membentuk sebuah asosiasi franchise," ujar orang yang sudah dua kali berkunjung ke Indonesia ini.
Sumber:  franchisesia.blogspot.com

Pada akhirnya di indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee.

PERKEMBANGANWARALABA/FRANCHISE DI INDONESIA

Bisnis waralaba di Indonesia mulai marak pada sekitar tahun 1970an dengan bermunculannya restaurant-restaurant cepat saji (fast food) seperti Kentucky Fried chiken dan Pizza Hut. Hingga tahuhn 1992 jumlah perusahaan waralaba di Indonesia mencapai 35 perusahaan, 6 di antaranya adalah perusahaan waralaba lokal dan sisanya (29) adalah waralaba asing. Perkembangan waralab asing. Perkembangan waralaba asing dari tahun ke tahun berkembang pesat sebesar 710% sejak tahun 1992 hingga tahun 1997, sedangkan perkembangan waralaba lokal hanya meningkatkan sebesar 400% (dari sejumlah 6 perusahaan menjadi 30 perusahaan).

Namun sejak krisi moneter tahun 1997, jumlah perusahaan waralaba asing mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -9.78% dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. hal ini disebabkan karena terpuruknya nilai rupiah sehingga biaya untuk franchise fee dan royalti fee serta biaya bahan baku, peralatan dan perlengkapan yang dalam dollar menjadi meningkat. Hal tersebut mempengaruhi perhitungan harga jual produk atau jasanya di Indonesia. Sebaliknya waralaba lokal mengalami peningkatan pertumbuhan rata-rata sebesar 30%. Pada tahun 2001 jumlah waralaba asing tumbuh kembali sebesar 8.5% sedangkan waralaba lokal meningkat 7.69% dari tahun 2000. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia dapat dilihatpada tabel di bawah ini.


 Tabel 1. Perkembangan Waralaba di Indonesia
Tahun
Jumlah Waralaba Asing
Jumlah Waralaba Lokal
Total
1992
1995
1996
1997
2000
2001
29
117
210
235
212
230
6
15
20
30
39
42
35
132
230
265
251
272
  
Sumber data : Deperindag, 2001

Menurut Anang Sukandar,ketua asosiasi franchise Indonesia (2002) bisnis waralaba lokal merupakan usaha yang prospektif di kembangkan di Indonesia. Berdasarkan analisa SWOT, juga dapat disimpulkan bahwa bisnis waralaba sangat cocok dikembangkan oleh UKM

Sumber: www.smecda.com                                                                   

Jenis waralaba
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
  • Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
  • Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.

Tingkat pengembalian yang layak dari sebuah waralaba adalah minimum 15 persen dari nilai.,dibawah ini merupakan beberapa contoh franchise dari mereka putra bangsa sendiri:
  • Di Indonesia waralaba yang berkembang pesat dan masih sangat menguntungkan adalah waralaba di bidang makanan (Wong Solo, Sapo Oriental, CFC, Hip Hop, Red Crispy, Papa Ron dan masih banyak merek lainnya ).
  • Waralaba berbentuk retail mini outlet (IndoMaret, Yomart, AlfaMart) banyak menyebar ke pelosok kampung dan pemukiman padat penduduk.
  • Dibidang Telematika atau Information & Communication Technology , juga mulai diminati pada 3 tahun terakhir ini berkembang beberapa bidang waralaba seperti distribusi tinta printer refill/cartridge (Inke, X4Print, Veneta dll ) , pendidikan komputer (Widyaloka, Binus) , distribusi peralatan komputer ( Micronics Distribution ) , Warnet / NetCafe (Multiplus, Java NetCafe, Net Ezy) , Kantor Konsultan Solusi JSI , dll.
  • Yang juga menguntungkan adalah waralaba di bidang pendidikan (Science Buddies, ITutorNet, Primagama ) , terutama taman bermain (SuperKids) dan taman kanak-kanak(FastractKids, Kids2success , Townfor Kids) , Pendidikan Bahasa Inggris (EF/English First, ILP, Direct English) , dll
  • Perkembangan merek dan waralaba dalam negeri cukup pesat dan pada pameran pameran franchise ditanah air terlihat banyak merek merek nasional Indonesia bersaing dengan merek global dan regional.

Pizza hut
Nama Sriboga memang kalah populer dibanding Pizza Hut. Tapi tahukah Anda bahwa pemilik restoran pizza terbesar di Indonesia itu adalah Sriboga Raturaya (Sriboga). Pada Juli 2008, Sriboga mengakuisisi 66% saham Pizza Hut Indonesia yang dimiliki oleh PT Recapital Advisory (Recapital), perusahaan private equity. Dengan akuisisi itu, kepemilikan saham Sriboga menjadi 91%. Ya, sebelumnya Sriboga telah memiliki 25% saham perusahaan pelopor bisnis pizza itu. Sementara itu, 9% saham Pizza Hut dimiliki oleh beberapa individu.



Tak banyak yang tahu bahwa keluarga Bustanul Arifin adalah salah satu owner Pizza Hut. Keluarga mantan Menteri Koperasi rezim Orde Baru itu memegang 25% saham Pizza Hut melalui Sriboga. Sisanya, 75% saham Sriboga dikuasai oleh Recapital. Sejarah akuisisi Pizza Hut dimulai pada empat tahun lalu. “Tahun 2004 saya tidak ada niat untuk ikut tender dalam mengambil alih Pizza Hut. Namun, berhubung pemenang tender tersangkut kasus L/C BNI, pihak Schroder Investment Hong Kong membatalkan dan melakukan tender lagi,” jelas Alwin Arifin, presdir Sriboga, yang putra Bustanul Arifin. “Lalu, majulah saya yang di-backup Recapital sebagai silent partner,” imbuhnya. Pada 2004, Pizza Hut dilego senilai US$ 42 juta
Perubahan kepemilikan ternyata tidak menambah masuknya orang Sriboga ke jajaran direksi Pizza Hut. Hanya satu orang Sriboga saja yang duduk di dewan direksi. Namanya Ade Ferial sebagai direktur keuangan yang menjabat sejak 2004. Namun, ada penambahan jumlah komisaris sejak Sriboga menguasai Pizza Hut, yakni dari satu menjadi tiga komisaris.
Yang menarik, Pizza Hut hanyalah salah satu lini bisnis Sriboga. Selain usaha fastfood itu, rupanya Sriboga dikenal sebagai pemain besar industri tepung terigu, pabrik roti berlabel Prabu, serta perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Rencananya pabrik roti Prabu dan kebun kelapa sawit itu akan di-spin off pada 2009.
Alwin mengklaim Pizza Hut menjadi tulang punggung perusahaan. “Hingga kini Pizza Hut paling menguntungkan,” ujarnya. Tidak salah jika Alwin berkata demikian. Stephen McCarthy memperkirakan hingga akhir tahun 2008, omset resto di bawah bendera PT Sarimelati Kencana itu mencapai Rp1 triliun.
Tak mengherankan, jika Pizza Hut akan terus ekspansif karena respons pasar sangat bagus. “Tahun 2009 kita akan buka 195-200 outlet baru Pizza Hut dengan lokasi mayoritas di Jabodetabek,” ungkap Presdir PT Sarimelati Kencana itu. Rata-rata tiap pembukaan gerai baru menyedot dana investasi Rp3–3,5 miliar. Saat ini total outlet Pizza Hut 169 cabang, padahal tahun 2004 cuma ada 84 gerai. Di luar Pizza Hut, kinerja Sriboga sebagai holding tak kalah bagusnya. Perusahaan yang didirikan tahun 1994, tapi baru membangun pabrik tepung terigu pada 1995 di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang itu memiliki kapasitas terpasang 1.500 ton/hari. Tapi, sejauh ini penggunaan kapasitas baru 70% atau memproduksi sekira 800 ribu bag/bulan. Sebanyak 250 ton/bulan tepung Sriboga diekspor ke Korea, Thailand, dan Pilipina. Sisanya untuk pasar domestik. Bahan bakunya: gandum 100% diimpor dari luar negeri. “Market share Sriboga sekarang sekira 7%, nomor tiga setelah Bogasari (70%),” Alwin mengungkapkan.



Sumber: http://indocashregister.com

Kesimpulan
Pada dasarnya franchise adalah suatu kegiatan untuk melebarkan sayap dalam bidang produksi serta pemasaran, Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha.franchise memiliki banyak kelebihan terutama dalam bidang pendanaan,SDM, dan manajemen
Franchising juga merupakan suatu cara distribusi yang efektif, dengan taktik menjemput bola yaitu mendekatkan diri kepada para konsumen melalui tangan-tangan franchisee. Waralaba sebagai model pengembangan kemitraan bisnis memberikan peluang Yang sangat besar kepada para pengusaha mengembangkan usahanya.
Dalam rangka memberikan kepastian hukum dalam bisnis waralaba maka perlu adanya perangkat perundang-undangan dan sistem pendanaan. Oleh karena itu pemerintah wajib mendorong sistem waralaba khususnya paket-paket usaha yang diciptakan oleh pengusaha dalam negeri,agar para pengusaha pengusaha negeri ini dapat berekspresi dan bahkan pada tahun tahun yang akan datang bisa menyaingi label-label franchise ternama .kita semua pasti akan bangga bila melihat salah satu merk anak bangsa ini akan di kenal di belahan dunia lain.mungkin rumah makan sederhana bintaro misalnya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar